KITA BAJAK MOMENTUM KRISIS UNTUK MELAKUKAN LOMPATAN BESAR

Salah satu pernyataan Presiden Joko Widodo dalam Pidato Kenegaraan Presiden tangaal 14 Agustus 2020 di Gedung DPR menjelang Peringatan Kemerdekaan Indonesaia yang ke-75. Pidato yang cukup padat merangkum seluruh tantangan, persoalan dan upaya pemerintah dalam menjawab kebutuhan masyarakat Indonesia menuju Indonesia mau 25 tahun yang akan datang. Beliau mengatakan, “pada usia ke-75 tahun ini, Indonesia telah menjadi Negara upper middle income country”.

Ada dua hal yang menarik dari pitaso tersebut, yang pertama tentang memanfaatkan momentum krisis dan kedua tentang demokrasi Indonesia.

Yang pertama, berkaitan dengan krisis.

Presiden menyatakan bahwa kondisi Indonesia saat ini, yang juga dialami oleh Negara-negara lain, merupakan suatu momentum. Krisis akibat pandemic COvid-19 harus dilihat sebagai kesempatan, momentum. Saat ini semua Negara mengalami krisisdalam semua hal. Maka agar kita mampu mengejar ketertinggalan tersebut kita mesti segera melakukan pembenahan dalam seluruh lini kehidupan. Kita harus secara fundamental melakukan transpormasi, menjalan stragegi besar dalam seluruh bidang. Maka bagi sekolah yang melaksnakanan tugas mendidik generasi Indonesia yang akan datang juga harus serentak melakukan hal yang sama.

Yang kedua, tentang demokrasi Indonesia.

Presiden Joko Widodo sangat memahami demokrasi Indonesia. Indonesia merupakan Negara yang menjamin kebebasan setiap warga negaranya. Namun kebebasan harus yang dimiliki tidak boleh menindas kebebasan orang lain. Kebebasan yang dimiliki oleh setiap warga Negara Indonesia harus juga menghormati kebebasa orang lain. tujuan besar bangsa Indonesia hanya akan dapat dicapai jika seluruh komponen bangsa mampu bekerjasama, bergotong royong, saling membantu, dan mengingatkan dalam kebaikan dan tujuan yang mulia.

Meliau juga menegarkan, “demokrasi memang menjamin kebebasan, namun kebebasan yang menghargai hak orang lain. Jangan ada yang merasa paling benar sendiri, dan yang lain dipersalahkan. Jangan ada yang merasa paling agamis sendiri”. Agamis atau tidaknya seseorang tidak dapat diukur oleh dirinya sendiri. Demikian juga, apakah seseorang narionalis atau tidak bukan dirinya yang mengukur. Maka tidak pada tempatnya jika ada seseorang mengkalim dirinya sebagai agamis dan pancasilais. Demokrasi menjamin kebebasan, kebebasan yang menghargai orang lain. Justru kita mestinya beruntung bahwa mayoritas rakyat Indonesia, dari Sabang sampai Merauke, dari Miangas sampai Pulau Rote, menjunjung tinggi kebersamaan dan persatuan, penuh toleransi dan saling peduli, sehingga masa-masa sulit sekarang ini bisa kita tangani secara baik.

Mengakhiri sambutannya, Presiden mengajak kita semua untuk melakukan lompatan besar untuk kemajuan yang signifikan. Kita harus bajak momentum krisis ini. Kita harus serentak dan serempak memanfaatkan momentum ini. Menjadikan Indonesia setara dengan negara-negara maju. Menjadikan Indonesia Maju yang kita citacitakan.

Selamat merayakan Kemerdekaan Indonesia, Dirgahayu Republik Indonesia.

Mari wujudkan Indonesia maju dengan tetap menjaga kebhinnekaan, hidup berhikmat dan berkeadilan.