KURUKULUM MERDEKA BELAJAR : Antara Harapan dan Utopia Sebuah Tinjauan Berdasarkan Teori Darmaturgi
KURUKULUM MERDEKA BELAJAR :Antara Harapan dan Utopia Sebuah Tinjauan Berdasarkan Teori Darmaturgi
Oleh : Marsell Rettobyaan (staf Pengajar)
ABSTRACT
Dunia pendikan tak pernah kehilangan cerita. Fakta ini menjadi nyata dalam pergantian Kurikulum 2013 kepada kurikulum Merdeka Belajar. Pergantian ini mempertegas anggapan masyarakat bahwa setiap kali ganti menteri maka kurikulum berubah. Anggapan dan opini masyarakat ini telah menjadi momok bagi setiap anak bangsa. Dalam ilmu Sosiologi, apabila dijelaskan dalam bingkai teori darmatugi, maka dalam dunia pendidikan dipenuhi dengan drama yang disutradarai oleh pemerintah. Sedangkan sekolah dan guru adalah pemain-pemainnya. Dengan teori darmatugi, maka kurikulum pendidikan akan dilihat dalam kaca mata harapan dan utopiah bagi peserta didik. Motode yang dikunakan adalah metode deskriptif kualitatif.
Keywords: Kurikulum Merdeka Belajar dan toeori darmaturgi
Pendahuluan
Pandemi Covid-19 telah dinyatakan sebagai sebuah keadaan “normal” dimana semua orang diajak untuk hidup dan berinteraksi dengan sesama dan lingkungannya dalam kesadaran bahwa ancaman Covid-19 selalu ada. Berhadapan dengan situasi ini, kurikulum merdeka belajar muncul sebagai jawaban untuk mengatasi krisis pendidikan di Indonesia. Singkatnya, dalam Kurikulum Merdeka Belajar ini, menjadi andalan baru untuk mengatasi permasalahan belajar mengajar di sekolah.
Belum lagi problem Covid-19 dengan kurikulum merdeka belajar. Muncul lagi problem orang tua dan peserta didik yang mengeluhkan soal jaringan hingga harus difasilitasi kuota internet oleh pemerintah. Bersamaan dengan itu, bermunculan sebuah artikel yang mengemukakan bahwa kunci keberhasilan dari adanya penerapan kurikulum merdeka di sekolah adalah kepala sekolah dan guru-gurunya harus memiliki kemauan untuk melakukan perubahan. Kepala sekolah selaku pemimpin harus dapat merubah mindset Sumber Daya Manusia yang ada di sekolah tersebut untuk mau melakukan perubahan sehingga kurikulum merdeka belajar dapat diterapkan.
Menyoroti kualitas pendidikan maka sekurang-kurangnya ada 3 (tiga) komponen yang langsung bersentuhan dengan dunia pendidikan yakni pemerintah, sekolah dan guru. Pemerintah telah berusaha mengadakan inovasi pendidikan yaitu dengan memperbaharui pengembangan kurikulum, memberikan fasilitas belajar, peningkatan mutu tenaga pendidikan melalui pelatihan dan penataran yang tujuannya adalah meningkatkan mutu pendidikan. Sekolah berkaitan dengan lingkungan sekolah, budaya sekolah, sarana prasarana, serta berbagai latihan yang dilakukan oleh guru. Sedangkan guru berkaitan dengan profesionalismenya. Ketiga komponen ini adalah kunci dari rendahnya mutu pendidikan di Indonesia. Dan di antara ketiga komponen itu profesionalisme guru menjadi rujukan yang pertama setiap kali kualitas pendidikan dipertanyakan. Namun, orang lupa salah satu kompenen lain yang sangat berpengaruh adalah minat belajar dari diri seorang siswa.
Ketiga komponen ini bagaimana lingkaran yang tak ada ujungnya. Mengapa? Pemerintah misalnya, menetapkan kurikulum yang silih berganti sejak terbentuknya Negara ini. Dalam desiminasi Mata Pelajaran Sosiologi, Pembicara menekankan betapa pentingnya para guru membuat modul-modul pembelajaran. Intinnya, karakter Pancasila harus menjadi dasar pembentukkan karakter setiap peserta didik. Semua perubahan-perubahan ini membentuk opini publik bahwa kurikulum pendidikan sangat tergantung dari siapa dan bagaimana menterinya.
Hal berbeda dengan sekolah dan guru. Sekolah berhadapan dengan tuntutan Dinas Pendidikan sedangkan guru berhadapan dengan penurunan prestasi belajar peserta didik.
Sebagai pengajar mata pelajaran Sosiologi, penulis mencoba meletakan permasalahan di atas dalam bingkai teori Darmaturgi.
Teori Darmatugi
Dalam ilmu Sosiologi, kita jumpai Teori Dramaturgi sebagai teori sosiologi memahami dunia sosial melalui interaksi sosial. Dalam proses interaksi sosial, konsep diri (the self) dibentuk melalui interaksi dengan orang lain dalam situasi sosial tertentu. (Mulyana, 2008: 107). Pendekatan dramaturgis membagi dunia menjadi dua: depan panggung dan belakang panggung. Interaksi sosial kebanyakan terjadi di depan panggung. Diri bukan dimiliki oleh aktor, melainkan produk dari interaksi dramaturgis antara aktor dan audiens. (Mulyana, 2008: 114). Audiens bisa berupa lawan bicara, orang sekitar, atau dunia sosial secara lebih luas. Ketika berinteraksi di depan panggung, aktor mengatur tampilan dirinya sedemikian rupa agar diterima oleh audiens. Pengaturan ini disebut manajemen impresi, yaitu menciptakan kesan agar diterima secara sosial. Dalam interaksi sosial di kehidupan sehari-hari, aktor senantiasa menampilkan dirinya. Diri di luar manajemen impresi akan tampak ketika aktor berada di belakang panggung.
Dalam teori Dramaturgi (Goffman) manusia adalah aktor yang berusaha menggabungkan karakteristik personal dan tujuan kepada orang lain. Teori melihat manusia sebagai individu dan masyarakat. Dalam teori ini manusia berbeda dengan binatang karena mempunyai kemampuan berpikir, bisa mempelajari dan mengubah makna dan symbol, melakukan tindakan dan berinteraksi.
Teori ini muncul dari ketegangan yang terjadi antara “I dan Me” (gagasan Mead). Ada kesenjangan antara diri kita dan diri kita yang tersosioalisasi. Konsep “I” merujuk pada apa adanya dan konsep “me” merujuk pada diri orang lain. Ketegangan berasal dari perbedaan antara harapan orang terhadap apa yang mesti kita harapkan. Pendekatan dramaturgi adalah bukan apa yang orang lakukan, atau mereka melakukan tetapi bagaimana mereka melakukannya. Kehidupan menurut teori dramaturgi adalah ibarat teather, interaksi sosial yang mirip pertunjukan drama, yang menampilkan peran. Dalam memainkan peran menggunakan bahasa verbal dan perilaku non verbal dan mengenakan atribut tertentu. kehidupan sosial dibagi menjadi wilayah depan” (front region) yang merujuk peristiwa social bahwa individu bergaya menampilkan perannya dan wilayah belakang (back region) yang merujuk tempat dan peristiwa yang memungkinkan mempersiapkan perannya di wilayah depan. Panggung depan dibagi menjadi dua yaitu ; front pribadi (personal front) dan setting atas alat perlengkapan. Kata kunci dalam Dramaturgi adalah Show, Impression, front region, back stage, setting, penampilan dan gaya (Mulyana, 2008: 115)
- Pembahasan
Sebagainya yang telah dijelaskan sebelumnya, berdasarkan teori darmaturgi maka dunia pendidikan bercerita tentang drama-drama yang telah tercipta, Kata kunci dalam Teori Dramaturgi adalah Show, Impression, front region, back stage, setting, penampilan dan gaya. Proporsinya sebagai berikut ( Widodo, 2010:178):
- Semua Interaksi social terdapat bagian depan (front region) yang ada persamaannya dengan pertunjukan Aktor baik dipentas maupun dalam kehidupan sehari-hari, sama-sama menarik perhatian karena penampilan kostum yang dipakai dan peralatan yang dipakai
- Dalam pertunjukan maupaun keseharian ada bagian belakangnya (back region) yakni tempat yang memungkinkan bagi actor mundur guna m enyiapkan diri untuk pertunjukan berikutnya. Di belakang atau di depan actor bisa berganti peran dan memerankan diri sendiri.
- Dalam membahas pertunjukan individu dapat menyajikan suatu penampilan (show) bagi orang lain, tetapi kesan (impression) si pelaku bisa berbeda-beda.
- Ada panggung depan (front stage) dan panggung belakang (back stage). Panggung depan adalah penampilan individu, yang secara teratur berfungsi di dalam mode yang umum, tetap mendefinisikan situasi yang menyaksikan penampilan itu. Di dlammnya termasuk setting dan personal front yang selanjutnya dibagi menjadi penampilan (impression) dan gaya (manner).
Bertolak dari penegasan-penegasan di atas, kurikulum merdeka belajar lewat desiminasi dan pelatihan modul diharapkan menjadi tolak ukur sehingga kurikulum merdeka Belajar tidak lagi menjadi sebuah drama yang disutradarai oleh pemerintah (dan sekolah dan guru sebagai pemain-pemain. Dengan begitu, kurikulum merdeka belajar bukan lagi sebuah utopi melainkan sebuah harapan akan menghasilkan peserta-peserta didik yang inovatif, kreatif dan mampu memenangkan pesaingan di era globalisasi.
Daftar Acuan
George Ritzer dalam Suko Widodo, 2010, Anatomi dan Perkembangan Teori Sosial Aditya, Media Publishing, Malang
Sri Sumartini, 2010, Anatomi dan Perkembangan Teori Sosial, Aditya Media, Malang
Soetandiyo Wignyosoebroto, 2008, Teori-Teori Sosial, Aditya Media Publishing, Malang
Suko Widodo, 2010, Anatomi dan Perkembangan Teori Sosial, Aditya Media Publishing, Malang
Soerjono Soekanto, 2006, Sosiologi Suatu Pengantar, Gramedia Jakarta.
Komentari Tulisan Ini
Tulisan Lainnya
LITERASI SISWA | Wanita Boleh Menyatakan Cinta Terlebih Dahulu
“Kamu sebagai perempuan seharusnya tidak perlu mengejar para lelaki, jadilah wanita yang mahal dan biarkan laki-laki untuk mengejarmu.” Kalimat tersebut pasti su
Cara Baru dan Mudah Membuat dan Menilai Lembar Aktivitas Siswa di Masa Pandemi.
Cara Baru dan Mudah Membuat dan Menilai Lembar Aktivitas Siswa di Masa Pandemi Oleh : Mira Aprilia ( Staf Pengajar) Covid- 19 memang mengharuskan kita membatasi seluruh kegiat
MODUL SEBAGAI ALAT BANTU PEMBELAJARAN MATEMATIKA
MODUL SEBAGAI ALAT BANTU PEMBELAJARAN MATEMATIKA oleh : Andreas Purwo Santoso staff pengajar SMA Katolik Ricci Kurikulum merdeka yang mulai diterapkan tahun ajaran depan, men
Boneka Arwah dalan Debat Literasi
Debat Literasi Kelas XI Petugas : Moderator Jessica Tivanka (XI.1) Notulis Theo Xavier (XI.1) Doa / Dirigen Natasya Lie (
Mengatasi Masalah dalam Organisasi atau Perusahaan : Sidang Akademik
Mengatasi Masalah dalam Organisasi atau Perusahaan Sidang Akademik Petugas : Bahan Bacaan Bahan Bacaan Kelas XI Sidang Akademi
Laki-Laki tidak Boleh gondrong di Sekolah : Rapi atau Ketidakbebesan Berekspresi ?
Pelajar Pria Boleh Gondron Debat Literasi kelas X Petugas Moderator Carlyn Notulis Kenneth Hindra Doa Maria Nikita Laurencia Panelis Pro Bryan,
Masihkah Batubara Menjadi Bahan Bakar yang layak digunakan ?
Masihkah Batubara Menjadi Bahan Bakar yang layak digunakan ? Debat Literasi Kelas XI Panelis Kontra Pemakaian Batubara Sebagai Sumber Energi Harus Dihentikan Oleh: Cecilia
“Hosana Putera Daud” Minggu Palma : Pemaknaannya dalam Terang Iman Kristiani
“Hosana Putera Daud” Minggu Palma : Pemaknaannya dalam Terang Iman Kristiani oleh : Yulius Gery Pintoko, S.Fil (Staf Pengajar SMA Ricci 1) Minggu Palam me
Review Film Dalam Sidang Akademi
Review Film Dalam Sidang Akademi Sidang Akademi Kelas X Petugas - Bahan Bacaan Bahan Bacaan Sidang Akademi kelas X *Tulisan
Metaverse : Alam Khayalan yang Menjadi Nyata
Metaverse : Alam Khayalan yang Menjadi Nyata Debat Literasi Kelas XIPetugas - Bahan Bacaan Debat Literasi Kelas XI ** Bahan Bacaan Debat Literasi