Unitas Redintegratio; Sebuah Dekrit Ekumene Gereja Yang Satu dan Tunggal

Unitas Redintegratio; Sebuah Dekrit Ekumene Gereja Yang Satu dan Tunggal

Yulius Gery Pintoko, S.Fil

(Pengajar di SMA Katolik Ricci 1)

 

A. Pengantar

Sekian lama Gereja terpecah dan berjalan sendiri-sendiri, bahkan saling kutuk mengkutuki, padahal orang Kristiani adalah saudara di dalam Kristus. Kesadaran akan pentingnya kesatuan antar umat Kristiani disadari dalam Konsili Vatikan II. Ekumene menjadi hal yang penting dalam pembahasan Konsili Vatikan II sebagai gerak bagi persatuan Gereja-Gereja. Supaya sejarah Gereja yang menyedihkan yakni keterpecahan dan saling kutuk mengkutuk dapat disatukan kembali ke dalam cinta kasih Kristus. Setiap tanggal 18-25 Januari, Gereja sebagai upaya menyatukan Gereja-Gereja mengadakan pekan doa sedunia. Upaya ini menjadi tanggapan atas Dekrit Unitas Redintegratio yang telah dipromulgasikan dalam Konsili Vatikan II pada tanggal 21 November 1964.

Pembahasan ini akan mengarah pada kaitan dokumen Unitas Redintegratio dengan Lumen Gentium. Melalui ekumenisme Gereja dapat bersatu dan menjalin kerjasama. Dasar dari hal tersebut yakni baptisan yang telah diterima oleh orang-orang Kristiani. Melalui baptis semua orang Kristen disatukan dalam Yesus Kristus sebagai satu-satunya Pengantara. Oleh karena itu penting untuk menjalin kesatuan antara orang-orang Kristiani di seluruh dunia. Dilandasi dengan dogma Gereja dan semangat kesatuan, maka penting bagi Gereja-Gereja menyadari diri dalam kesatuan dalam keberagaman.

 B. Sekilas Pandang Menuju Dekrit Unitas Redintegratio

Konsili Vatikan II merupakan Konsili Ekumene abad 20. Konsili tersebut terjadi pada tahun 1962-1965. Konsili Vatikan II tidak dapat dilepaskan dari peran Paus Yohanes XXIII. Pada awal pemilihan Paus Yohanes XXIII diragukan, karena ia termasuk Kardinal yang telah lanjut usia. Banyak orang yang berfikir bahwa Paus Yohanes XXIII hanya sebagai Paus transisi. Akan tetapi justru Paus Yohanes XXIII yang kemudian menuliskan sejarah baru dalam kehidupan Gereja di abad modern. Belum genap tiga bulan menjadi Paus, Yohanes XXIII mengumunkan niatnya untuk mengadakan sinode bagi Keuskupan Roma, mengadakan Konsili bagi seluruh Gereja dan memperbaharui kodeks Hukum Gereja. Niatnya tersebut diumumkan pada pesta pertobatan St. Paulus.

 Konsili Vatikan II merupakan konsili Ekumene, karena seluruh Gereja berpastisipasi dalam Konsili tersebut. Di dalam konsili hadir para uskup, kardinal, kepala komunitas religius dan para teolog. Mereka berkumpul bersama membahas masalah-masalah yang timbul serta membahas draf yang telah masuk. Pada awal konsili tidak banyak orang yang berharap akan hasil konsili yang signifikan. Akan tetapi, di sesi pertama konsili banyak peserta yang begitu antusias.

Pada tanggal 3 Juni 1963 Paus Yohanes XXIII wafat, akan tetapi Konsili Vatikan II tetap berlanjut. Pada akhirnya tanggal 21 Juni 1963 Paus Paulus VI dipilih dan memaklumkan untuk melanjutkan Konsili. Perjalanan panjang Konsili Vatikan II akhirnya ditutup secara resmi di Lapangan St. Petrus, Vatikan pada tanggal 8 Desember 1965. Hasil dari Dokumen Konsili Vatikan kedua adalah 16 dokumen dengan rincian 2 dokumen konstitusi dogmatis, 9 dekrit, 1 konstitusi, 3 pernyataan dan 1 konstitusi pastoral.

 

C. Unitas Redintegratio

Unitas Redintegratio merupakan yang berisi dekrit Ekumene. Unitas Redintegratio berarti Pemulihan Kesatuan. Maksud dari dokumen tersebut sebagai upaya kesatuan antara umat Kristiani. Selama berabad-abad terjadi keterpisahan diantara umat beriman Kristiani. Dengan adanya dekrit Ekumenis diharapkan adanya kesatuan hati diantara umat Kristiani di seluruh dunia. Artikel 1 Unitas Redintegratio dikatakan bahwa kendati melalui aneka cara, mencita-citakan satu gereja Allah yang kelihatan, yang sungguh-sungguh bersifat universal, dan diutus ke seluruh dunia, supaya dunia bertobat kepada Injil, dan dengan demikian diselamatkan demi kemuliaan Allah[1]. Dekrit Ekumenis ini merupakan uraian ajaran tentang Gereja yang ada dalam konstitusi dogmanits Lumen Gentium.

Sebelum disetujui, rancangan dokumen dibicarakan selama beberapa waktu. Ada dua diskusi besar yang membahas mengenai ekumene dalam Konsili Vatikan II. Sesi pertama dari 26 November hingga 1 Desember 1962. Diskusi yang pertama membahas draf yang menekankan bahwa kesatuan Gereja berasal dari satu kepala yakni Yesus Kristus dan wewenangnya dilaksanakan oleh Petrus dan penggantinya[2]. Hal ini mendapat kritikan dari Para Bapa Gereja Melkit. Mereka berpendapat bahwa draf tersebut terlalu berfokus kepada Gereja Katolik Roma, padahal Gereja Timur memiliki tradisi yang berlainan dari Gereja Katolik Roma.

 Atas usulan dan kritikan pada sesi yang pertama, draf untuk ekumene direvisi. Draf yang telah direvisi didiskusikan dari tanggal 18 November hingga 2 Desember 1963. Ada lima pokok pembicaraan pada sesi tersebut yakni[3]:

  • Bagian satu-tiga berbicara tentang prinsip dan praktik ekumenisme, dan relasi dengan Komunitas Kristiani
  • Bagian empat berbicara relasi antara Katolik dan Yahudi
  • Bagian lima berbicara tentang kebebasan beragama

Pada tanggal 21 November 1963, konsili sepakat untuk membicarakan bagian satu sampai tiga. Sedangkan pembicaraan relasi Katolik-Yahudi dan kebebasan beragama akan dibahas di dokumen lain.

            Setahun berikutnya pada tanggal 20 November 1964 Para Bapa Konsili memberikan versi baru dalam rancangan draf. Dari rancangan yang baru ada 2054 suara setuju dan 64 suara negatif. Nanum sehari setelah itu, hanya ada 11 suara negatif. Oleh karena itu pada tanggal 21 November 1964, Para Bapa Konsili mengumumkan dokumen Ekumenis ini. Pada hari yang sama, Konsili juga mengumumkan Konstitusi Dogmatik tentang Gereja yakni Lumen Gentium serta Deklarasi Kebebasan Beragama yakni Dignitatis Humanae.

            Dokumen Ekumenis memberikan dampak postitif dalam kesatuan hidup umat beriman Kristiani. Pada penutupan Konsili, 7 Desember 1965 untuk pertama kalinya Gereja Katolik Roma dan Gereja Ortodoks menghapus deklarasi pengutukan. Saling mengutuk diantara Gereja Katolik Roma dan Gereja Ortodoks terjadi pada tahun 1054. Konsili Vatikan II melalui  Unitas Redintegratio dapat mempertemukan dan meredam saling kutuk diantara keduannya. Hal ini mendorong agar diantara umat Kristiani tidak terjadi saling kutuk, tetapi hidup berdampingan sebagai saudara.

            Di awali dari Gereja Katolik Roma dan Gereja Ortodoks yang saling menghapus kutuk, Gereja Katolik Roma mengambil langkah untuk dapat berdialog dengan Gereja yang lain. Akhirnya dialog dan perjanjian dapat tercapai antara lain dengan Gereja Suriah (1971), Gereja Koptik (1973), Gereja Ethiopia (1993), Gereja Asyur Timur (1994)[4]. Tahun 1996 antara Paus Yohanes Paulus II dan Karekin I (Gereja Katolik Armenia) juga melakukan pertemuan. Keduanya membahas tentang dasar iman dalam Allah dan dalam Yesus Kristus. Pada tanggal 31 Oktober 1999 di Augusburg terjadi deklarasi antara Gereja Katolik dan Lutheran. Selanjutnya Gereja Katolik dan Anglikan membentuk Komisi Internasional Anglikan dan Katolik Roma. Langkah demi langkah Ekumene terus diupayakan oleh Gereja. Hal tersebut sebagai penegasan bahwa di antara begitu banyak Komunitas Kristiani, haruslah bersaudara terutama karena disatukan oleh iman akan Yesus Kristus.  

           D. Dialog Kesatuan

Sejak Konsili Vatikan II, Gereja Katolik giat mengusahakan adanya persatuan antar umat beriman Kristiani. Unitas Redintegratio menjadi pedoman menjalin relasi dengan umat Kristiani dan menjadi dasar dalam dialog kesatuan. Paus Yohanes Paulus II misalnya, pada tahun 1995 mengeluarkan Ensiklik Ut Unum Sint yang berisi ajak untuk bersatu dan saling mencintai di antara umat berima Kristiani. Dari ensiklik tersebut, Paus Yohanes Paulus II menunjukkan tiga pilar bagi kesatuan orang Kristiani yakni doa, kesaksian iman bersama dan dialog teologi. Paus Yohanes Paulus II juga mengingatkan baik dalam tataran regional maupun lokal Konferensi Para Uskup, imam dan awam dapat saling bekerjasama dengan komunitas Kristiani lainnya.

Tiga pilar kesatuan terus digemakan, baik melalui doa bersama, kesaksian maupun dalam diskusi-diskusi teologis. Pilar doa yang sudah dijalankan dengan rutin yaitu pekan doa umat Kristiani untuk kesatuan umat Kristiani. Selain itu masa Adven dan Pra-Paskah dan juga Jumat Agung menjadi kesempatan untuk menjalin kesatuan antar umat Kristiani. Pilar kedua dari Ekumene adalah kesaksian bersama. Kesaksian bertujuan menghadirkan wajah Kristus dalam cinta dan keadilan. Melalui perhatian kepada orang yang sakit dan tersingkir, Paus Yohanes Paulus II menyebut hal tersebut sebagai sekolah ekumenisme[5]. Melalui kerjasama, orang Kristiani dapat saling bersatu dan memperhatikan, maka kesatuan tersebut merupakan “persaudaraan universal.” Hal ini dapat menjadi titik persatuan dan pemahaman, bahwa orang Kristiani yang dibaptis dalam satu tubuh Kristus.

Pilar yang ketiga adalah dialog teologi. Hal tersebut penting untuk melihat dan menghapus sejarah perpecahan Kekristenan di masa yang lampau. Melalui organisasi internasional dialog teologi sudah dapat berjalan. Teolog-teolog yang membentuk suatu organisasi telah bekerja sama menghasilkan beberapa dokumen penting. Tiga hal yang menjadi titik dialog ekumene adalah Baptis, Ekaristi dan Pelayanan[6]. Selain hal itu, Gereja Katolik Roma dan Lutheran juga menghasilkan sebuah dokumen tentang relasi iman dan hidup baik dalam pembenaran. Juga dengan Gereja Anglikan menghasilkan dokumen yang membahas tentang Ekaristi, Pelayanan dan Otoritas.  

Selanjutnya komisi internasional yang dibentuk oleh Gereja Anglikan dan Gereja Katolik Roma (the Anglican and Roman Catholic International Commission atau disingkat ARCIC) saling bertemu dalam dialog teologi. Pada tahun 1990 membicarakan Gereja sebagai communio. Selanjutnya pada tahun 1993 membicarakan tentang Hidup dalam Kristus yakni dalam moral, communio dan Gereja. Pada tahun 1999 membicarakan tentang Pemberian Otoritas. Gereja Katolik dan Anglikan melihat bahwa otoritas pertama-tama merupakan rahmat dari Allah sendiri. Oleh karena itu, keduanya dapat saling memahami melalui tradisi yang dimiliki. ARCIC memiliki kesepahaman terkait dengan Maria, trahmat dan pengharapan dalam Kristus.

Gereja Katolik Roma dan Gereja Ortodoks juga saling bertemu sebagai satu keluarga. Pembicaraan selanjutnya terkait erat dengan kesatuan atau unitas. Sebagai kesatuan Gereja Katolik Roma dan Gereja Ortodoks saling menyebut sebagai saudari Gereja. Hal tersebut sebagai langkah menghapus luka sejarah akibat dari pandangan teologi yang berbeda[7]. Pada tahun 1995 Paus Yohanes Paulus II dan Patriak Bartolomeus I saling bertemu di Roma. Hal tersebut terjadi ketika Paus Yohanes Paulus II mengeluarkan Ensiklik Ut Unum Sint.

 E. Ekumenisme dan Eklesiologi

Dekrit tentang Ekumenisme (Unitatis Redintegratio) harus dibaca bersamaan dengan Konsititusi Dogmatis tentang Gereja (Lumen Gentium) dan Deklarasi tentang kebebasan beragama (Dignitatis Humanae). Lumen Gentium 8 dibicarakan tentang Kristus sebagai satu-satunya Pengantara di dunia ini yang telah membentuk Gereja-Nya yang kudus, persekutuan iman, harapan dan cinta kasih. Penekanan akan Kristus sebagai satu-satunya pengantara menghantarkan pada kesatuan bagi seluruh Gereja, kendati pandangan teologis dan ritus yang berbeda. LG 8 tersebut dapat dibaca bersama dengan UR 5 dan juga LG 15[8]. Kesatuan dalam Kristus didasarkan akan baptisan yang telah diterima oleh orang-orang Kristiani seluruh dunia.

LG 15 membicarakan tentang hubungan Gereja dengan orang Kristen bukan Katolik. Artikel tersebut tentunya membicarakan antara Gereja Katolik Roma dengan Gereja-Gereja Kristen yang lain. Artikel LG 15 menekankan baptisan sebagai landasan dimana orang-orang Kristen disatukan dalam Kristus. Selain hal tersebut Gereja lain juga menerima sakramen-sakramen, meskipun tidak semua Gereja menerima ketujuh sakramen. Artikel tersebut erat kaitannya dengan UR 2 yang berbicara tentang Gereja yang satu dan tunggal. Gereja yang satu berarti menampung segala perbedaan, sedangkan gereja yang tunggal berarti tidak ada Gereja yang lain, satu-satunya Gereja adalah Gereja Kristus. Di dalam bahasa Latin satu berarti unitas sedangkan tunggal berarti unititas. Kedua artikel tersebut (LG 15 dan UR 2) menjadi dasar teologis untuk berbicara terkait dengan ekumenisme.

Bab 3 UR membicarakan secara tentang Gereja-Gereja Timur (14-18) dan tentang Gereja-Gereja serta jemaat-jemaat Gerejawi yang terpisah di dunia barat (19-24).  Secara khusus Gereja Katolik juga membicarakan terkait liturgi (UR 15), tata tertib (16) dan formula doktrin teologi (UR 17) dalam keberagaman bersama Gereja Timur[9]. Ketiga hal tersebut memang berbeda dengan Gereja Barat, namun justru karena perbedaan itulah ada keberagaman diantara keduanya. Pembicaraan terkait dengan Gereja-Gereja Timur terdapat dalam UR 14-18 dan terkait erat dengan LG 13 dan LG 23. Artikel tersebut tidak membicarakan tentang divisi dalam Gereja akan tetapi tentang keberagaman yang esensial sebagai saudari[10].

Pada tahun 1982, bersama seluruh Gereja di dunia sepakat bahwa perbedaan diantara Gereja-Gereja dapat disatukan. Ada tiga hal yang dapat menyatukan yakni baptis, ekaristi dan pelayanan[11]. Ketiga hal yang menyatukan tersebut dapat disingkat BEM yakni Baptism, Eucharist and Ministry. Baptis dan Ekaristi merupakan dua sakramen yang diterima di semua Gereja, sedangkan pelayanan terkait erat dengan tugas seorang gembala, hal tersebut berhubungan dengan hierarki. Oleh karena itu, ketiga hal tersebut menjadi kekuatan bagi seluruh Gereja untuk bersatu dalam keberagaman masing-masing, yakni terkait hukum, liturgi dan doktrin teologi.

Melihat kesatuan yang ada dapat berpijak dari surat-surat Paulus. Surat Paulus di Efesus 4:4-5 menegaskan satu tubuh, satu roh, satu Tuhan, satu iman dan satu baptisan. Di surat Efesus 4:12 Paulus menegaskan untuk membangun tubuh Kristus. Di surat lain yakni Galatia 3:27-28 Paulus menegaskan bahwa orang yang dibaptis telah mengenakan Kristus.

 F. Pengaruh Bagi Perkembangan Gereja Saat Ini

Telah diketahui bersama bahwa Gereja memiliki visi akan kesatuan di antara umat Kristiani. Melalui Konsili Vatikan II Gereja mengundang konsili Ekumene sebagai arah bagi Gereja dalam membentuk kesatuan. Gereja menyebut saudari kepada Gereja lain, selain Katolik Roma. Arah dari semuanya adalah penyatuan kembali sadusar-saudara Kristiani bukan Katolik Roma. Prinsip dari kesatuan adalah baptisan yang sama. Baptis inilah yang menyatukan di antara orang-orang Kristiani. Melalui bapatis orang diselamatkan oleh Bapa, melalui Yesus Kristus dalam Roh Kudus.

Hal yang lain yang menjadi prisnip kesatuan adalah pengakuan iman yang sama, yakni syahadat Nicea-Konstantinopel. Seluruh Gereja mengakui rumusan iman yang sama tersebut. Dalam syahadat tersebut hal yang menyatukan adalah bahwa Yesus adalah Allah benar dari Allah benar[12]. Yesus Kristus menjadi pemersatu di antara sudara-saudara Kristiani. Hal demikianlah yang menjadikan Gereja memiliki visi yang sama, secara khusus Gereja Katolik Roma memiliki pengharapan bahwa menjadikan satu kawanan dan satu gembala.

Mendukung gagasan tersebut adapun kegiatan yang dilakukan bersama seluruh Gereja dan umat Kristiani. Kesatuan dipupuk melalui berbagai macam hal. Doa kesatuan umat Kristiani menjadi agenda bagi seluruh umat Kristiani dalam membangun relasi. Di akhir pecan doa kesatuan umat Kristiani diadakan doa ekumenisme sebagai bentuk kesatuan. Pekan doa kesatuan umat Kristiani biasanya diadakan setiap tanggal 18-25 Januari. Selain itu juga masa pra-paskah dan adven menjadi kesempatan untuk bermenung bersama tentang pertobatan. Jumat Agung menjadi kesempatan bersama seluruh Gereja dalam merenungkan penderitaan dan salib Yesus. Sekiranya kegiatan yang dibuat Gereja ini menjadi jalan bagi kesatuan umat Kristiani.

Selain itu kelompok-kelompok para teolog juga menjadi kesatuan dalam dialog teologi. Misalnya dialog teologi di antara Gereja Katolik Roma dengan Gereja Ortodoks, Gereja Katolik Roma dengan Gereja Anglikan, Gereja Katolik Roma dengan Gereja Reformasi, dll. Hal demikian menjadi kekayaan bagi seluruh Gereja untuk mengembangkan teologi dan mengarahkan pada perkembangan Gereja ke depan. Kesatuan Gereja juga ditegaskan dalam BEM (Baptism, Eucharist and Ministry). Baptis, Ekaristi dan pelayanan menjadi daya kesatuan di antara umat Kristiani. Hingga saat ini kesatuan Gereja terus dibangun dengan dialog, terutama dengan dialog kehidupan dan pelayanan bagi mereka yang membutuhkan. Doa ekumene menjadi kekuatan dalam beriman dan memabangun kesatuan di antara orang Kristiani.

 G. Catatan Kritis

Kesatuan umat Kristiani terus dibangun hingga saat ini. Gereja Katolik Roma membentuk sejarah baru dengan mengadakan Konsili Ekumene. Konsili tersebut bertujuan untuk menyatukan Gereja yang memiliki satu kawanan dan satu gembala. Upaya-upaya tersebut terus dibangun oleh Gereja sebagai bentuk kesatuan dan merangkul di antara umat Kristiani. Hasil dari Konsili Vatikan II tentang Ekumene ada dalam sebuah dekrit yang diberi judul Unitatis Redintegratio. Dekrit tersebut dikelurkan bersamaan dengan konstitusi dogmatis Lumen Gentium dan deklarasi tentang kebebasan beragama yakni Dignitatis Humanae.

Kedua artikel yang penulis baca mengajak umat Kristiani untuk bersatu membangun Gereja yang satu. Di dalam UR 2 ditegaskan Gereja yang satu dan tunggal. Kata satu menunjuk pada keberagaman yang disatukan, sedangkan tunggal berarti tidak ada Gereja yang lain, satu-satunya Gereja adalah Gereja Kristus. Dengan demikian dekrit tersebut membawa umat Kristiani untuk menghapus luka di masa lalu yang pernah terjadi, sehingga di antara umat Kristiani sendiri ada saling kutuk mengkutuk.

Satu artikel membahas tentang Gereja dalam kesatuannya dengan umat Kristiani. Oleh karena itu Gereja dapat saling bersatu hanya dalam keberagaman. Keberagaman tersebut justru menjadi kunci bagi kesatuan di antara umat Kristiani. Usaha-usaha yang dilakukan oleh Gereja dapat ditemukan dalam artikel yang membahas tentang empatpuluh tahun Unitatis Redintegratio. Adapun berbagai usaha yang telah dilakukan oleh Gereja untuk menggalang kesatuan di antara umat Krisiani. Tentu satu kawanan dan satu gembala selalu menjadi harapan bagi Gereja Katolik Roma, agar ada satu garis ke depan untuk membangun persaudaraan.

Lumen Gentium sebagai konstitusi dogmatis tentang Gereja menjadi tonggak teologi dalam berdialog di antara umat beriman Kristiani. Dialog di antara umat beriman Kristiani terangkum dalam LG 15 yakni tentang ekumene. Tetapi artikel tersebut tidak dapat dipisahkan dari UR 2. Kedua artikel tersebut kiranya menjadi landasan teologi untuk menggalang persatuan atau Ekumene. Memang hingga saat ini masih ada luka-luka sejarah di antara Gereja. Tetapi dengan adanya kegiatan yang dilakukan bersama akan menjamin hubungan di antara sudara-saudari Kristiani. Bahwa melalui Baptis, Ekaristi dan Pelayanan umat Kristiani dapat bersatu kembali. Dengan demikian dapat saling bersatu karena disatukan oleh Kristus sendiri.

 

 

[1] Unitas Redintegratio (21 November 1964)

[2] William Henn, “At the Heart of Unitatis Redintegratio, Unity in Diversity”, Gregorianum, Vol. 88, No.2
(2007): 331

[3] Edward Idris Cardinal Cassidy, Unitatis Redintegratio Forty Years After the Council, Gregorianum, Vol. 88, No.2
(2007): 313

[4] Ibid, 317

[5] Ibid, 315

[6] Ibid, 317

[7] Ibid, 323

[8] William Henn, “At the Heart of Unitatis Redintegratio, Unity in Diversity”, Gregorianum, Vol. 88, No.2
(2007): 336

[9] Ibid, 337

[10] Ibid, 338

[11] Ibid, 351

[12] Gerald O’Collins, “Chsristology” , dalam The Routledge Companion to Modern Christian Thought, ed. Chad Meister and James Beiby (London: Routledge, 2013), 415








Daftar Pustaka:

Dokumen Konsilis Vatikan II, terj. R. Hardawiryana SJ (Jakarta: Obor, 2013)

Henn, William. “At the Heart of Unitatis Redintegratio, Unity in Diversity.” Gregorianum, Vol. 88, No.2 (2007): 329-251

Cassidy, Edward Idris Cardinal. “Unitatis Redintegratio Forty Years After the Council.” Gregorianum, Vol. 88, No.2 (2007): 312-328

O’Collins, Gerald. “Chsristology” , dalam The Routledge Companion to Modern Christian Thought, ed. Chad Meister and James Beiby. London: Routledge, 2013. 412-422

 

Komentari Tulisan Ini
Tulisan Lainnya
SMA Katolik Ricci 1 Jakarta Sukses Gelar Pentas Teater “Mulan” di Gedung Kesenian Jakarta

Jakarta, 23 Mei 2023 – SMA Katolik Ricci 1 Jakarta kembali menorehkan prestasi membanggakan di bidang seni pertunjukan dengan sukses menggelar pentas besar teater bertajuk “

26/05/2025 10:24 - Oleh GURU SMA RICCI 1 - Dilihat 437 kali
LITERASI SISWA | Wanita Boleh Menyatakan Cinta Terlebih Dahulu

 “Kamu sebagai perempuan seharusnya tidak perlu mengejar  para lelaki, jadilah wanita yang mahal dan biarkan laki-laki untuk mengejarmu.” Kalimat tersebut pasti su

24/07/2023 08:09 - Oleh Tim Publikasi PPSK 57 - Dilihat 2261 kali
Perayaan Ulang Tahun Sekolah Ricci

Perayaan Ulang Tahun Sekolah Ricci   Hari ulang tahun merupakan salah satu peristiwa penting yang tidak boleh dilupakan dalam kehidupan. Mengapa? Tentu saja karena hari ulang tah

23/07/2022 11:50 - Oleh - Dilihat 2062 kali
KURUKULUM MERDEKA BELAJAR : Antara Harapan dan Utopia Sebuah Tinjauan Berdasarkan Teori Darmaturgi

KURUKULUM MERDEKA BELAJAR :Antara Harapan dan Utopia Sebuah Tinjauan Berdasarkan Teori Darmaturgi Oleh : Marsell Rettobyaan (staf Pengajar) ABSTRACT Dunia pendikan tak pern

18/06/2022 14:08 - Oleh - Dilihat 1672 kali
Cara Baru dan Mudah Membuat dan Menilai Lembar Aktivitas Siswa di Masa Pandemi.

Cara Baru dan Mudah Membuat dan Menilai Lembar Aktivitas Siswa di Masa Pandemi Oleh : Mira Aprilia ( Staf Pengajar)   Covid- 19 memang mengharuskan kita membatasi seluruh kegiat

18/06/2022 14:03 - Oleh - Dilihat 126848 kali
MODUL SEBAGAI ALAT BANTU PEMBELAJARAN MATEMATIKA

MODUL SEBAGAI ALAT BANTU PEMBELAJARAN MATEMATIKA oleh : Andreas Purwo Santoso staff pengajar SMA Katolik Ricci   Kurikulum merdeka yang mulai diterapkan tahun ajaran depan, men

18/06/2022 13:01 - Oleh - Dilihat 1921 kali
Boneka Arwah dalan Debat Literasi

Debat Literasi  Kelas XI      Petugas :    Moderator Jessica Tivanka (XI.1) Notulis Theo Xavier (XI.1) Doa / Dirigen Natasya Lie (

11/05/2022 08:58 - Oleh - Dilihat 2939 kali
PENGUMUMAN KELULUSAN PESERTA DIDIK TAHUN AJARAN 2021/2022

Setelah melakukan rapat dewan guru pada Rabu 27 April 2022. Para Guru dengan pertimbangan berbagai proses pembelajaran siswa selama  kurang lebih 3 tahun, pada hari ini, 05 Mei 202

05/05/2022 10:15 - Oleh - Dilihat 1475 kali
Mengatasi Masalah dalam Organisasi atau Perusahaan : Sidang Akademik

Mengatasi Masalah dalam Organisasi atau Perusahaan Sidang Akademik   Petugas :            Bahan Bacaan Bahan Bacaan Kelas XI Sidang Akademi

20/04/2022 08:52 - Oleh - Dilihat 1464 kali
Laki-Laki tidak Boleh gondrong di Sekolah : Rapi atau Ketidakbebesan Berekspresi ?

Pelajar Pria Boleh Gondron Debat Literasi kelas X   Petugas  Moderator Carlyn Notulis Kenneth Hindra Doa Maria Nikita Laurencia Panelis Pro Bryan,

20/04/2022 08:24 - Oleh - Dilihat 52087 kali